Berdasarkan
kontraksi otot, latihan untuk mengembangkan kontraksi otot dibagi menjadi 3
kategori, yaitu:
1. Latihan Isotonik
Latihan
isotonic adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isotonic, yakni
suatu kontraksi di mana otot bekerja mengalami pemendekan dari panjang asal.
Pada proses pemendekan, kecepatan tidak konstan dengan menanggung beban yang
besarnya tidak proporsional dengan kekuatannya. Secara mikro peristiwa isotonic
yang terjadi di dalam sarcomere adalah adanay tarikan aktin oleh kepala myosin
yang berulang kali dari triponin. Satu ketroponin berikutnya. Efek dari tarikan
yang berulang-ulang mengakibatkan sarcomere mengalami pemendekan. Respon
kekuatan kontraksi isotonic sangat tergantung pada besarnya beban yang di
tanggungnya. Bila beban yang ditanggung ringan atau lebih kecil dari kekuatan
aksimum otot, maka hanya beberapa fasciculus saja yang bekerja, sebaliknya bila
beban yang ditanggung berat atau sebesar kekuatan maksimum otot, maka seluruh
fasciculus dari otot tersebut akan dikerahkan.
2. Latihan Isometrik
Latihan
isometrik adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isometric, yakni
suatu kontraksi dimana otot tidak mengalami perubahan panjang otot. Secara
mikro peristiwa yang terjadi di dalam sacromere, kepala myosin menarik aktin
tanpa terjadi pemindahan dari tropinin satu ke tropinin lain, atau tidak
terjadi sliding mechanism. Efek dari mekanisme ini setiap sacromere tidak
berubah panjangnya. Besarnya kontraksi isometric sangat tergantung pada besar
beban yang ditanggungnya. Bila beban yang dtanggung ringan atau lebih kecil
dari kekuatan maksimum otot maka hanya beberapa fasciculus saja yang bekerja,
sebaliknya bila beban yang ditanggung berat atau sebesar kekuatan maksimum
otot, maka seluruh fasciculus dari otot tersebut akan dikerahkan. Jika kita
ingat kembali susunan miosin dan aktin di dalam sacomere, kekuatan kontraksi
sangat tergantung oleh jumlah kepala myosin yang ikut menarik aktin. Dan kita
ingat bahwa jumlah kepala myosin yang bias berpasangan dengan aktin dipengaruhi
dapat panjang sacromere (grafik gyuton). Atas dasar teori ini maka latihan
isometric harus dilakukan pada sudut-sudut lintasan gerak.
3. Latihan Isokinetik
Latihan
isokinetik adalah pola latihan yang mengikuti kaidah kontraksi isokinetik,
yakni suatu kontraksi dimana otot bekerja dengan kecepatan konstan dengan
menanggung beban yang besarnya secara proporsional dengan kekuatannya.
Untuk dapat
melakukan latihan dengan model isokinetik harus memiliki alat latihan yang
dapat mengatur pembebanan berubah-ubah. Di negara lain alat yang namanya Mini
Gym dipakai untuk latihan yang dapat mengatur beban sesuai tuntutan lintasan
gerak. Modifikasi yang dapat dilakukan sukar diterapkan, bila kita tidak
memiliki alat ini. Latihan kekuatan isometric di tiap sudut lintasan merupakan
modifikasi yang serupa dengan isokinetik, namun hal ini tentu saja tidak
mencapai tujuan yang diinginkan. Sebab isokinetik training menuntut otot untuk
bekerja secara dinamis dengan kecepatan konstan.
Secara
fisiologis, tujuan pokok dari latihan adalah “membangun sumber energy yang
diperlukan oleh otot”. Karena sumber energi untuk kontraksi otot adalah aerobik
dan anaerobik, maka kedua sumber energi inilah yang dibangun.
Ditijau dari
sudut fisiologis, prinsip dasar latihan harus membuhi yarat sebagai berikut :
1)
Pembebanan meningkat bertahap
2) Prinsip
pembebanan berlebih
3) Pola
beban dan pola gerak sama dengan pola beban dan pola gerak sesungguhnya.
Untuk
mendapatkan hasil yang signifikan. Latihan pengembangan kekuatan dapat sebaiknya
dilakukan 2-5 kali seminggu. Jika seseorang ingin memiliki target tertentu
dengan latihan ini sebaikya latihan dilakukan secara rutin. Sehingga perkembangan
kekuatan otot tidak berhenti sebelum mencapai hasil yang maksimal.
Latihan
dapat dilakukan ditempat fitness, di rumah atau ditempat olahraga kebugaran
jasmani yang lainnya.